I hate it, when I feel awkward calling myself “Ajeng”.
Nama tengah saya Ajeng. Itu juga nama panggilan saya sejak balita. Oleh Dedey, Ortu, dan keluarga besar Papah ditambah “Teteh” di depannya. Oleh Kakak, Mba, dan Aa ditambah “Neng” di depannya. Oleh kedua keponakan tercinta ditambah “Ate” di depannya. Intinya, nama panggilan saya sejak dulu adalah Ajeng, sampai setahun lalu.
Sekarang ini kalau berkenalan dengan siapa pun saya akan otomatis bilang nama saya adalah Mariska. Saya juga sudah terbiasa dengan panggilan itu, walau kadang masih terselip “Ih siapa tuh Mariska?” tapi itu pun datangnya jarang. Mau bagaimana lagi, terpaksa saya rela dipanggil Mariska karena orang Jerman membaca huruf J seperti kita membaca huruf Y. Jadilah nama panggilan saya mereka sebut dengaaaannn.. eng ing eeng.. Ayeng! *gubrak*
Setelah setahun, saya malah jadi merasa aneh kalau ada yang manggil Ajeng. “Ih siapa tuh Ajeng?”, kok jadi ababil gini ya saya? *garuk kepala* Tidak cuma lisan, kalau menulis pun sekarang lebih suka menulis “Mariska Harini” dibanding nama panggung saya “Mariska Ajeng” (dengan penulisan disambung seperti nama blog ini), atau lengkap, atau hanya Ajeng. Pokoknya aneh kalo ada tulisan Ajeng.
Minggu lalu saya ke pengajian untuk pertama kalinya, saat perkenalan diri, “Halo, nama saya Mariska. Eh salah, Ajeng.” merasa bego sendiri deh menyebut nama panggilan sendiri aja salah, apalagi terus mereka mengasihani nama saya setelah saya menjelaskan alasan salah penyebutan nama panggilan.
Saya juga jadi pusing sendiri kalau kenalan dengan bule yang berstatus kenalan teman dan si teman bisa disebut teman baru, atau kenalan dengan bule dan orang Indonesia secara bersamaan. Jadi dia itu Mariska atau Ajeng sih sebenarnya?
Ah intinya, kenapa sekarang si saya jadi nyaman juga dipanggil Mariska bukan cuma Ajeng lagi? Kenapa sih orang Jerman engga kenal huruf J? Kapan saya balik lagi ke posisi nyaman dipanggil Ajeng dan aneh dipanggil Mariska?
Saya juga merasa seperti hilang identitas loh, seperti ada yang engga pas. Aneh. Janggal. Oh Mariska, kasihan sekali kamu. *puk puk diri sendiri*
Leave a reply to Dian Cancel reply