Hari ini seharusnya adalah hari yang saya tunggu-tunggu sejak lama, namun karena pandemi virus Corona semua amblas. Keluarga saya seharusnya tiba kemarin siang di Amsterdam dan seharusnya kami hari ini menikmati hari berjalan-jalan di taman bunga Keukenhof di Belanda sana. Akibat virus Corona keluarga kami membatalkan kunjungannya bulan Maret ini. Lebih baik aman di rumah dari pada kena atau menyebarkan virus di perjalanan. Terlebih lagi ibu kami punya riwayat penyakit astma kronis. Pembatalan ini juga diperkuat dengan kenyataan Eropa dalam lockdown. Perbatasan Belanda dan Jerman masih terbuka (Jerman menutup beberapa perbatasannya, setelah negara tetangga menutup perbatasan dengan Jerman), tapi Jerman dan negara-negara Uni Eropa sudah melarang warga dari negara-negara luar masuk. Untuk orang-orang dari negara luar Uni Eropa yang mempunyai izin tinggal/kerja yang lama di sini masih boleh masuk dan menetap. Karena alasan tersebutlah kami memutuskan untuk menunda keberangkatan keluarga saya ke Belanda. Btw, taman bunga Keukenhof juga tutup. Mereka tidak bisa bilang kapan akan buka kembali. Saya juga baca di berita, setiap harinya ada jutaan bunga dihancurkan di Belanda karena tidak ada yang beli.
Masuknya Virus Corona ke Jerman
Di Jerman sendiri sudah lebih dari 50 ribu orang terinfeksi virus baru ini (57.298 orang per 30 Maret 2020, sumber: RKI). Jumlah ini meningkat pada awal Maret karena saat itu liburan sekolah dan banyak orang-orang Jerman berwisata ski ke Tirol (Austria) dan Italia, yang pada saat itu sudah banyak korban virus Corona. Waktu itu ada satu perempuan dari Cina datang untuk memberikan seminar di sebuah perusahaan yang letaknya di dekat Munich. Dia merasa kurang sehat tapi masih bugar. Saat dia kembali ke Cina, dia dites positf terjangkit virus Corona. Tanggal 27 Januari kementerian kesehatan Jerman melaporkan kasus pertama: salah satu karyawan di perusahaan tersebut. Dia adalah pasien pertama dan perempuan dari Cina itu adalah pasiel nol. Sampai sebulan kemudian pemerintah sudah ga sanggup lagi menelusuri orang-orang yang pernah kontak dengan pasien pertama tersebut dan jumlah yang terjangkit menjadi seribu orang.
Daerah yang paling banyak korban berlokasi di wilayah Heinsberg di negara bagian North Rhine-Westphalia (NRW). Akhir bulan Februari ada sepasang suami istri yang terinfeksi dan mereka melaporkan bahwa 10 hari sebelumnya mereka berada di karnaval di Heinsberg. Seharian mereka berpesta dan bertemu banyak orang, yang sudah tidak bisa ditelusuri lagi siapa saja mereka. Di sanalah virus ini menyebar dan membuatnya menjadi zona merah, karena pada tanggal 10 Maret sudah ada 323 orang terinfeksi virus Sars-Cov-2. Sekarang (29/03) menurut Robert Koch Institut (RKI) di negara bagian NRW ada 11.400 kasus dengan korban meninggal 98 orang. Di Hamburg (29/03) ada 1.846 kasus dengan empat korban meninggal. RKI adalah institusi pemerintahan di bawah kementerian kesehatan Jerman. Tugas utamanya adalah meneliti penyakit-penyakit, terutama penyakit infeksi, bagaimana penanggulangannya, tindakan preventif juga memberikan masukan untuk kebijakan-kebijakan politik yang menyangkut dengan kesehatan. Kalau tidak salah, tiga kali dalam seminggu ketua RKI melakukan konferensi pers dan tanya jawab yang juga disiarkan langsung di Youtube.

Untuk keamanan supir bus, penumpang tidak boleh mendekat dan tidak boleh masuk dari pintu depan.
Keputusan Lockdown
Sejak korban masih sekitar dua ribu (13/03) masing-masing pemerintah negara bagian memberikan keputusan untuk menutup tempat-tempat umum, awalnya hanya taman kanak-kanak, sekolahan, universitas, dan kantor, yang akan tutup mulai hari senin, tanggal 16 Maret. Kebetulan universitas saya memang sedang libur semester musim dingin, sampai akhir Maret, namun sehubungan dengan keputusan pemerintah daerah ini, libur semester diperpanjang sampai tanggal 20 April dan perpustakaan kami pun tutup sampai tanggal yang sama. Dengan kata lain, tidak akan ada buku-buku perpustakaan yang bisa dipinjam dan dikembalikan, untuk buku-buku perpustakaan yang jatuh tempo pada rentang waktu tersebut tidak akan dikenakan denda. Menyesal juga sih, hari selasa sebelumnya saya baru saja mengembalikan buku perpustakaan yang sudah jatuh tempo empat hari. Tau gitu kan ga usah dikembalikan dan engga akan kena denda.
Hari minggu (15/03) keluar keputusan baru dari pemerintah pusat seiring dengan Bu Markel melakukan konferensi pers. Beliau menyesalkan sekali, bahwa pemerintah harus membuat banyak larangan-larangan yang tidak sesuai dengan asas demokrasi yang menjadi pegangan mereka, tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan kecuali mengeluarkan larangan-larangan tersebut dan menutup lebih banyak tempat-tempat umum. Merkel juga meminta rakyatnya untuk bersabar dan menekankan, bahwa virus Corona ini hal yang serius dan semua orang harus menanggapinya dengan serius. Saat menunggu Ibu Merkel berbicara untuk publik tentang keputusannya rasanya deg-degan sekali, mirip seperti saat menuggu Pak Soeharto berpidato tentang pengunduran dirinya tahun 1998 lalu 🙂
Sebelum konferensi pers dari Merkel, pemerintah negara bagian Hamburg sudah mengeluarkan pengumuman akan menutup tempat-tempat umum seperti tempat fitnes, kolam renang, perpustakaan, sauna, pub, museum, tempat kursus juga rumah bordel mulai tanggal 16 Maret sampai dengan tanggal 30 April. Pada hari senin (16/03) masih ada toko-toko baju yang masih buka di mall dekat rumah saya, hari selasa semua tutup. Di kota-kota di Jerman Kontaktverbot alias larangan bertemu diperketat. Tidak ada yang boleh keluar rumah, kecuali untuk belanja makanan atau kebutuhan sehari-hari dan pergi kerja, jika tidak memungkinkan kerja di rumah. Beberapa restauran sudah mulai tutup. Untuk yang masih buka harus menerapkan jarak duduk minimal 1,5 meter dan lebih baik untuk dibawa pulang atau pesan antar. Orang-orang masih boleh berkumpul di tempat umum dengan jumlah maksimal enam orang dan jarak aman harus diterapkan.
Tidak sampai satu minggu, hari jumat tengah malam (20/03) pemerintah negara bagian Bayern menerapkan Ausgangssperre, larangan masuk ke atau keluar dari suatu tempat umum. Polisi turun tangan untuk mengawasi “tahanan rumah” tersebut. Di negara-negara bagian lainnya masih berbentuk Kontaktverbot yang tambah diperketat dan baru dimulai dari hari senin (23/03) setelah konferensi press dari Merkel malam sebelumnya. Bayern menerapkan denda sebesar 25.000 Euro untuk orang yang melanggarnya, denda di tempat lain ada yang nilainya sama dan diatur sendiri oleh negara bagiannya.
Sejak pertengahan Maret Jerman juga menutup perbatasan-perbatasan daratnya dengan negara-negara tetangga. Ini juga merupakan tindakan lanjut dari negara-negara tetangga yang menutup perbatasannya dengan Jerman terlebih dahulu seperti Denmark, tetapi masih membuka untuk hal-hal penting, contohnya untuk transportasi barang-barang, pekerja-pekerja komuter, traveler yang numpang lewat dengan tujuan negara selanjutnya (dari Jerman orang bisa melakukan perjalan darat ke Swedia, Finlandia dan Norwegia lewat Denmark). Sudah seminggu ini juga Jerman menutup bandaranya untuk turis dari negara-negara luar Uni Eropa.
Lokasi fish market yang kosong di hari Minggu pagi
Di garis-garis kuning itu seharusnya parkir truk penjual makanan di fish market
Lockdown di Jerman
Kami semua dilarang untuk keluar rumah kecuali untuk hal darurat, seperti pergi kerja, jika tidak bisa kerja di rumah; ke apotek, kantor pos, bank, dokter, pom bensin atau membantu orang lain, misalnya ngebelanjain orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok beresiko tinggi (di atas 60 tahun, lemah imun, dan punya penyakit). Banyak, loh, per orangan yang bikin “iklan” di pintu masuk apartemen nawarin bantuan untuk kelompok beresiko tinggi tersebut. Dengar-dengar, yang nawarin bantuan lebih banyak daripada yang memerlukan bantuan, loh. Kami juga masih boleh pergi jalan-jalan atau olah raga di ruangan terbuka, syaratnya: pergi sendirian atau maksimal dua orang (sebelumnya enam orang), kecuali jika memang tinggal bareng dalam satu rumah. Dengan kata lain, saya masih boleh pergi belanja bareng tiga orang teman apartemen saya atau jika satu keluarga isi enam orang tentu boleh pergi bareng. Hari ini ada berita, warga yang tinggal di dekat pantai di pelabuhan Hamburg kesal dengan orang-orang yang masih saja jalan-jalan atau olah raga di sana, mereka berharap pantai di sana juga ditutup.
Sudah seminggu ini restauran-restauran tutup, kecuali untuk yang drive-in, take away dan delivery. Yang saya perhatikan dari restauran burger dekat apartment, pelanggan menunggu di luar selama makannya dibuat. Saya ga tau apakah pesannya lewat telepon atau karyawan restauran keluar mengambil pesanan. Supermarket dan toko kebutuhan sehari-hari masih buka, walau banyak barang-barang yang kosong, seperti tisu toilet, tepung, dan susu. Di Aldi, supermarket dekat apartment saya, selain ketiga barang itu, pasta dan ikan sarden kalengan juga hampir kosong. Kalau mau beli barang-barang yang ga ada itu saya harus ke supermarket lebih besar yang jaraknya hanya 20 menit jalan kaki atau dua menit dengan kereta. Tapi di jaman virus Corona ini, siapa yang masih mau duduk di dalam transportasi umum dengan orang lain?
Minggu lalu saya masih rajin jogging di taman belakang rumah dan di sana masih ramai dengan orang atau keluarga yang masih jalan-jalan menikmati udara segar atau membawa hewan peliharaan jalan-jalan. Tidak terasa kalau sedang ada pembatasan keluar. Bereda dengan di supermarket, rasanya semua orang buru-buru dan panik, tidak se-chilli hari biasa. Apalagi banyak rak-rak yang kosong. Saat peraturan perketatan larangan keluar belum diperketat, saya pernah pergi ke toko yang jual obat, produk sanitasi dan pembersih, saat sedang mengantri kami diteriaki oleh petugas kasir untuk jaga jarak, “Saya tahu di sini sempit, tapi tolong tetap jaga jarak. Yang antri di belakang tolong jangan saling berdekatan!”. Duh, di situlah berasa sedang dalam keadaan perang.
Semua toko-toko yang masih buka menempelkan pengumuman mereka lebih memilih pembayaran dengan kartu, agar kasirnya tidak perlu berinteraksi fisik dengan pembeli. Kalau pun ada yang bayar pakai uang tunai, ada satu toko yang meminta uangnya diletakan di meja dan petugas kasir akan mengambilnya. Kasir-kasir di supermarket juga sekarang dilengkapi dengan fiber platik berwarna transparan, hanya di bawahnya bolong untuk lewatnya barang-barang belanjaan.
Seminggu lalu saya pulang kerja dengan menumpang kapal ferry. Kapal tersebut biasanya sangat ramai di hari minggu apa lagi kalau matahari bersinar seperti saat itu. Tapi saat saya di sana saya hanya ditemani oleh tiga penumpang lainnya. Pasar ikan yang letaknya di pelabuhan dan biasanya buka hanya di hari minggu dari subuh sampai menjelang siang pun tutup, meninggalkan lahan luas yang kosong melompong. Bahkan orang-orang yang berolahraga atau jalan-jalan pun tidak banyak.
Sudah dua minggu ini bus di Jerman melarang penumpangnya untuk naik lewat pintu depan dan beli tiket ke supir, untuk mengurangi interksi supir bus dengan penumpang. Jadi lebih bebas sih keluar masuk bus engga ada yang mengontrol, bisa jadi juga ada penumpang gelap. Di belakang supir bus dipalang dengan tali dan selembar pengumuman untuk tetap menjaga jarak dengan penumpang lain walau di bus sempit. Saya pribadi lebih memilih untuk duduk di tempat duduk yang di belakangnya ada pembatas kaca. Saya parno kalau di belakang saya ada orang dan dia ngomong lewat telepon atau dengan orang sebelahnya, saya nanti yang kena cipratan air dari mulutnya.
Kereta api mulai kosong saat itu (saya sudah seminggu hanya pergi ke tempat-tempat dekat rumah). Kalau mau naik dan turun saya nunggu orang lain untuk menekan tombol pintu, di sini ga buka otomatis, cyin. Di stasiun akan ada pengumuman kencang untuk tetap menjaga jarak di dalam kereta dan berhati-hati. Ah, kondisi kaya gini ini nih yang bikin orang panik, tapi memang penting harus diingetin terus, sih. Ini juga bikin saya ngerasa lagi perang. Memang benar sih, kita perang melawan protein super kecil dan kasat mata.
Oh iya, jadi bedanya lockdown di Bayern dan Hamburg (beda negara bagian bisa beda peraturan, tapi hanya Bayern yang menganut hard lockdown) adalah:
Bayern:
– Tidak boleh bertemu dengan kenalan di tempat umum
– Tidak boleh mengundang teman
– Tidak boleh menerima bantuan dari orang di luar rumahnya saat lagi pindahan rumah
– Boleh olahraga dan jalan-jalan di luar asalkan sendirian atau dengan orang serumah
Hamburg:
– Boleh bertemu dengan kenalan di tempat umum (ingat, hanya maksimal berdua)
– Boleh mengundang teman
– Boleh menerima bantuan dari dari satu orang di luar rumahnya saat lagi pindahan rumah
– Boleh olahraga dan jalan-jalan di luar asalkan sendirian atau dengan orang serumah
Kapal ferry kosong – bagian luar (atas)
Kapal ferry kosong – bagian dalam
Kriminalitas di Jerman
Jumlah perampokan di Jerman menurun seiiring dengan banyaknya pekerja yang harus bekerja di rumah (orang Jerman menyebutnya dengan home office bukan work from home). Ada kasus perampokan di sebuah kios di kota Karlsruhe, tidak ada barang berharga yang diambil, hanya bahan makanan, produk pembersih dan sanitasi. Pencurian desinfektan dan masker juga terjadi tidak 3-4 kali di Jerman, melainkan sering dan lokasinya di rumah sakit dan kantor polisi. Desinfaktan dan masker yang dicuri bukan cuma yang ditaruh di tempat umum, tetapi juga di dalam gudang. Gila, ya?!
Hamster-buying
Bukannya beli hewan pengerat yang lucu, api ini adalah istilah orang Jerman untuk penimbun atau panick-buying. Masalah banget memang di sini, sama lah seperti di Indonesia. Gara-gara ini desinfektan dan masker habis. Saya pernah dengar habisnya kedua barang ini karena produser utamanya di Cina dan di sana sedang lockdown, selain itu semua orang di seluruh dunia membutuhkan dalam waktu yang bersamaan. Jadi wasallam deh.
Sama seperti di Indonesia desinfektan dan masker juga langka di pasaran. Sebulan lalu saat di Jerman baru ada hitungan ratusan, satu desinfektan 500 ml bisa dibeli dengan harga sampai 92 Euro (1,5 juta rupiah) di eBay. Dua minggu lalu saya ke apotek di mall dekat rumah, mereka menjual masker N95 dengan harga 79 Euro selembar. Masker biasa mereka jual dengan harga 20 Euro untuk 10 lembar. Di sana teman kosan dan saya membeli desinfektan tangan dengan ukuran 100 ml yang mereka buat sendiri. Harganya? 7 Euro atau Rp.80.000. Nyesel banget beli itu. Kalau dipikir-pikir, dengan mereka menjual barang-barang kesehatan dengan harga yang selangit, mereka mainin harga. Ga ada garansinya memang apotek engga akan mainin harga di kondisi seperti ini.
Ga cuma masker dan deisinfektan (terutama untuk tangan) yang habis, tapi juga tepung terigu, susu, dan tisu toilet. Saya pernah baca berita ada orang yang mau beli 50 bungkus (50 KG) tepung terigu di supermarket. Jelas diomelin dong sama petugas kasir dan hanya diperbolehkan untuk membeli 20 bungkus. Dia ngamuk lah di sana dan berakhir setelah polisi datang. Sekarang sih pembelian dibatasi, terutama untuk barang-barang esensial yang sekarang mulai langka. Di Aldi dekat rumah tidak boleh beli susu lebih dari empat karton (empat liter), tapi susunya saja engga ada. Sedih deh. Lihat di berita ada juga supermarket yang menerapkan beli satu tisu toilet harga normal, beli dua harga normal + lima euro, beli tiga harga normal + 10 euro, dst. Bahkan di Denmark beli satu botol desinfektan harga normal, tapi beli dua botol 150 Euro. Semua memerangi penimbunan! Apalagi ternyata supermarket dan toko kebutuhan sehari-hari masih buka dengan normal.
Tips untuk kamu yang kehabisan desinfektan, coba datang ke toko atau apotek pas jam buka. Saya coba trik ini dua minggu dan berhasil! Masih ada beberapa desinfektan semporot pada saat itu. Karyawan toko baru ngisi rak dan belum habis dibeli orang.

Tiba-tiba bermain di tempat bermain umum menjadi tindakan ilegal
Stasiun kereta Landungsbrücken kosong di hari minggu siang
Stasiun kereta Billstedt yang kosong
Semua berubah dalam satu waktu di Jerman. Negara bebas ini menjadi tidak bebas. Mereka yang tidak tinggal dengan orangtuanya tidak boleh mengunjungi orangtua, apa lagi nenek dan kakeknya yang termasuk ke dalam kelompok rentan. Panti-panti jompo juga panti lainnya tidak menerima kunjungan dari luar, siapa pun itu. Anak-anak tidak bisa bermain di taman bermain umum lagi. Semua hal menyenangkan sekarang dianggap ilegal di sini atau di negara kita, tapi hal itu bagus untuk menghentikan virus ini. Kita harus bersatu untuk melawannya. Solidaritas sangat penting saat itu untuk membantu sesama. Di Jerman enak semua ada santunannya. Permintaan santunan untuk pengangguran dipermudah karena banyaknya orang yang mendadak jadi pengangguran karena krisis ini. Mereka yang tidak mampu bayar uang sewa apartment tidak perlu kuatir karena ditangguhkan, begitu juga dengan pinjaman. Orang per orang juga membantu sesama, dengan menawarkan bantuan belanja untk orang-orang yang dikarantina atau diisolasi, bantuan untuk homeless dengan meninggalkan makanan dan produk sanitasi di beberapa sudut kota, dan sebagainya.
Di Indonesia mungkin bantuan pemerintah tidak akan turun atau tidak sebanyak di Jerman, untungnya asas kekeluargaan dan gotong royong kita tinggi. Kita tidak senggan-senggan membantu sesama. Caranya pun beragam. Ada yang pesan sembako lewat ojek online dan memberikan pesanannya ke abang ojek tersebut, mengumpulkan dana, dan sebagainya Kalau itu tidak terjadi, akan hancur hidup banyak orang yang tiba-tiba dalam hitungan malam kehilangan pekerjaan. Pengusaha-pengusaha besar saja kena dampaknya, apa lagi penjual-penjual di pinggir jalan yang tidak bisa berdagang lagi, mau makan apa mereka dan keluarganya?
Terima kasih untuk tidak menjadi manusia egois, terutama di saat kritis ini.
Hamburg, 29 Maret 2020
PS: baru baca berita kalau menteri keuanga negara bagian Hessen bunuh diri. Diduga karena stres mikirin keadaan ekonomi di Jerman saat ini dan nanti. Dia kuatir tidak bisa memenuhi keinginan rakyat-rakyatnya secara finansial.